NAMA : JUAGUSMAN MENDRÖFA
N I M : 080701033
APRESIASI SASTRA
MEMAHAMI
PUISI
1. Pendahuluan
Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata betul-betul terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat atau padat, namun berkekuatan. Karena itu salah satu usaha penyair adalah memilih kata-kata yang memiliki persamaan bunyi (rima). Kata-kata itu mewakili makna yang lebih luas dan lebih banyak. Oleh karena itu, kata-kata dicarikan konotasi atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figuratif.
2. Analisis Kebahasaan Puisi “Berteduh” karya Zainal Arif Nasution.
BERTEDUH
Dunia ini tempat
musyafir yang berjalan
dalam panas terik
lalu numpang berteduh
di bawah selindung pohon
sambil numpang minum
di sumur kehidupan
Di situ sepenuhnya
kerjakan perintah Allah
tinggalkan larangan-Nya
siapkan bekal perjalanan jauh
Musyafir berjalan kembali
Dunia, ya dunia pun tinggallah
Hanya suatu perjalanan singkat
Memasuki alam gerbang akhirat
Mesjid Mustakim, Jumat 1992
2.1 Pemadatan Bahasa
Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib, jika puisi itu dibaca deretan kata-kata tidak membentuk kalimat dan alinea, tetapi membentuk larik dan bait yang sama sekali berbeda hakikatnya. Larik mempunyai makna yang lebih luas dari kalimat. Dengan perwujudan tersebut, diharapakan kata atau frase juga memiliki makna yang lebih luas daripada kalimat biasa.
Pada puisi “Berteduh” di atas terdiri atas tiga bait atau larik. Bait pertama dapat deisebut sebagai kalimat apabila dibaca berurutan, sedangkan bait kedua dan ketiga tidak bisa dibuat sebagai kalimat, karena tidak mempunyai struktur kalimat S, P, O, dan K. Kunci utama bait pertama adalah kata musafir (orang yang melakukan perjalanan jauh ke negeri lain). Bait kedua dengan kata kunci, perintah. Dimaksudkan bahwa, musafir yang melakukan perintah Allah. Bait ketiga dengan kata kunci, akhirat.
Penyair menceritakan kehidupan seorang musafir yang sangat taat kepada perintah Allah. Perjalanan yang dilakukan musafir bukan untuk bersenang-senang, akan tetapi mempunyai tujuan rohani. Mereka mampu melewati semua rintangan apapun yang dapat menghambat tujuan di dunia ini. Berteduh di bawah pohon, menggambarkan hal yang hanya bisa dilakukan karena tidak adanya tempat untuk berteduh bagi seorang musafir. Penyair menggambarkan bahwa kehidupan seorang musafir mampu dijadikan sebagai teladan yang baik, mereka tidak hanya mementingkan kehidpan pribadi sendiri.
2.2 Pemilihan Kata Khas
Puisi Zainal diatas menggunakan kata-kata yang puistis, sehingga mampu menggambarkan situasi yang lebih luas dan padat, jika dilihat hanya sebatas kata-kata yang terurai dalam puisi tersebut tidak mengandung makna yang khusus. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih kata dalam puisi adalah sebagai berikut:
2.2.1 Makna kias
Puisi adalah genre sastra yang paling banyak menggunakan makna kias. Dalam puisi di atas, makna kiasnya sangat sulit dipahami oleh penafsir karena tiak mempunyai penjelasan yang lebih menonjol. Keberadaan seorang musafir disini berarti bahwa kehidupan manusia yang sesungguhnya di dunia ini, lebih banyak menghadapi penderitaan daripada kesenangan duniawi.
2.2.2 Lambang
Dalam puisi, banyak digunakan lambang yaitu penggantian sutu hal/ benda dengan hal/benda lain. Ada lambnag yang bersifat kedaerahan, nasional, ada juga yang bersifat universal (berlaku bagi semua manusia). Pada puisi di atas, pahit manis menjalani hidup di dunia ini dilambangkan oleh dalam panas terik.
2.2.3 Persamaan bunyi dan rima
Pemilihan kata di dalam suatu baris puisi maupun dari suatu baris ke baris lainnya mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai persamaan bunyi harmonis. Bunyi-bunyi yang berulang ini menciptakan konsentrasi dan kekuatan bahasa atau disebut daya gaib kata seperti dalam mantra.
Perhatikan bait kedua dan bait ketiga puisi ini yang telah diberi garis bawahi:
Di situ sepenuhnya
kerjakan perintah Allah
tinggalkan larangan-Nya
siapkan bekal perjalanan jauh
Musyafir berjalan kembali
Dunia, ya dunia pun tinggallah
Hanya suatu perjalanan singkat
Memasuki alam gerbang akhirat
Bait kedua bersajak a-b-a-b, sedangkan pada bait ketiga hanya pada khir baris ketiga dan keempat yang mempunyai persamaan bunyi.
3. Hal yang Diungkapkan Penyair
3.1 Tema puisi
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair dalam puisinya. Tema mengacu paa penyair. Pembaca harus banyak mengetahui tentang latar belakang penyair, agar tidak salah menafsirkan tema puisi.
Puisi “berteduh” karya Zainal Arif Nasution ini merupakan salah satu puisi karyanya yang bertemakan tentang Ketuhanan (religius). Hal itu dikarenakan puisi ini mampu membawa manusia untuk lebih bertakwa, lebih merenung kekuasaan Tuhan, dan menghargai alam isinya.
3.2 Nada dan suasana puisi
Di samping tema, puisi juga mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca, dari sikap itu terciptalah suasana puisi.
3.3 Amanat puisi
Puisi “berteduh” karya Zainal Arif Nasution mengandung beberapa makna.
a. Mengajak kita untuk lebih memahami perjalanan hidup di dunia ini.
b. Hidup di akhirat lebih kekal daripada hidup di dunia ini.
c. Mengikuti perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya hal yang paling utama untuk memperoleh bekal yang banyak di akhirat.
Kekayaan di dunia hanya sementara, dan tidak menjadi bekal untuk mencapai sorga.NAMA : JUAGUSMAN MENDRÖFAN I M : 080701033
APRESIASI SASTRA
MEMAHAMI
PUISI
1. Pendahuluan
Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata betul-betul terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat atau padat, namun berkekuatan. Karena itu salah satu usaha penyair adalah memilih kata-kata yang memiliki persamaan bunyi (rima). Kata-kata itu mewakili makna yang lebih luas dan lebih banyak. Oleh karena itu, kata-kata dicarikan konotasi atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figuratif.
2. Analisis Kebahasaan Puisi “Berteduh” karya Zainal Arif Nasution.
BERTEDUH
Dunia ini tempat
musyafir yang berjalan
dalam panas terik
lalu numpang berteduh
di bawah selindung pohon
sambil numpang minum
di sumur kehidupan
Di situ sepenuhnya
kerjakan perintah Allah
tinggalkan larangan-Nya
siapkan bekal perjalanan jauh
Musyafir berjalan kembali
Dunia, ya dunia pun tinggallah
Hanya suatu perjalanan singkat
Memasuki alam gerbang akhirat
Mesjid Mustakim, Jumat 1992
2.1 Pemadatan Bahasa
Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib, jika puisi itu dibaca deretan kata-kata tidak membentuk kalimat dan alinea, tetapi membentuk larik dan bait yang sama sekali berbeda hakikatnya. Larik mempunyai makna yang lebih luas dari kalimat. Dengan perwujudan tersebut, diharapakan kata atau frase juga memiliki makna yang lebih luas daripada kalimat biasa.
Pada puisi “Berteduh” di atas terdiri atas tiga bait atau larik. Bait pertama dapat deisebut sebagai kalimat apabila dibaca berurutan, sedangkan bait kedua dan ketiga tidak bisa dibuat sebagai kalimat, karena tidak mempunyai struktur kalimat S, P, O, dan K. Kunci utama bait pertama adalah kata musafir (orang yang melakukan perjalanan jauh ke negeri lain). Bait kedua dengan kata kunci, perintah. Dimaksudkan bahwa, musafir yang melakukan perintah Allah. Bait ketiga dengan kata kunci, akhirat.
Penyair menceritakan kehidupan seorang musafir yang sangat taat kepada perintah Allah. Perjalanan yang dilakukan musafir bukan untuk bersenang-senang, akan tetapi mempunyai tujuan rohani. Mereka mampu melewati semua rintangan apapun yang dapat menghambat tujuan di dunia ini. Berteduh di bawah pohon, menggambarkan hal yang hanya bisa dilakukan karena tidak adanya tempat untuk berteduh bagi seorang musafir. Penyair menggambarkan bahwa kehidupan seorang musafir mampu dijadikan sebagai teladan yang baik, mereka tidak hanya mementingkan kehidpan pribadi sendiri.
2.2 Pemilihan Kata Khas
Puisi Zainal diatas menggunakan kata-kata yang puistis, sehingga mampu menggambarkan situasi yang lebih luas dan padat, jika dilihat hanya sebatas kata-kata yang terurai dalam puisi tersebut tidak mengandung makna yang khusus. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih kata dalam puisi adalah sebagai berikut:
2.2.1 Makna kias
Puisi adalah genre sastra yang paling banyak menggunakan makna kias. Dalam puisi di atas, makna kiasnya sangat sulit dipahami oleh penafsir karena tiak mempunyai penjelasan yang lebih menonjol. Keberadaan seorang musafir disini berarti bahwa kehidupan manusia yang sesungguhnya di dunia ini, lebih banyak menghadapi penderitaan daripada kesenangan duniawi.
2.2.2 Lambang
Dalam puisi, banyak digunakan lambang yaitu penggantian sutu hal/ benda dengan hal/benda lain. Ada lambnag yang bersifat kedaerahan, nasional, ada juga yang bersifat universal (berlaku bagi semua manusia). Pada puisi di atas, pahit manis menjalani hidup di dunia ini dilambangkan oleh dalam panas terik.
2.2.3 Persamaan bunyi dan rima
Pemilihan kata di dalam suatu baris puisi maupun dari suatu baris ke baris lainnya mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai persamaan bunyi harmonis. Bunyi-bunyi yang berulang ini menciptakan konsentrasi dan kekuatan bahasa atau disebut daya gaib kata seperti dalam mantra.
Perhatikan bait kedua dan bait ketiga puisi ini yang telah diberi garis bawahi:
Di situ sepenuhnya
kerjakan perintah Allah
tinggalkan larangan-Nya
siapkan bekal perjalanan jauh
Musyafir berjalan kembali
Dunia, ya dunia pun tinggallah
Hanya suatu perjalanan singkat
Memasuki alam gerbang akhirat
Bait kedua bersajak a-b-a-b, sedangkan pada bait ketiga hanya pada khir baris ketiga dan keempat yang mempunyai persamaan bunyi.
3. Hal yang Diungkapkan Penyair
3.1 Tema puisi
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair dalam puisinya. Tema mengacu paa penyair. Pembaca harus banyak mengetahui tentang latar belakang penyair, agar tidak salah menafsirkan tema puisi.
Puisi “berteduh” karya Zainal Arif Nasution ini merupakan salah satu puisi karyanya yang bertemakan tentang Ketuhanan (religius). Hal itu dikarenakan puisi ini mampu membawa manusia untuk lebih bertakwa, lebih merenung kekuasaan Tuhan, dan menghargai alam isinya.
3.2 Nada dan suasana puisi
Di samping tema, puisi juga mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca, dari sikap itu terciptalah suasana puisi.
3.3 Amanat puisi
Puisi “berteduh” karya Zainal Arif Nasution mengandung beberapa makna.
a. Mengajak kita untuk lebih memahami perjalanan hidup di dunia ini.
b. Hidup di akhirat lebih kekal daripada hidup di dunia ini.
c. Mengikuti perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya hal yang paling utama untuk memperoleh bekal yang banyak di akhirat.
Kekayaan di dunia hanya sementara, dan tidak menjadi bekal untuk mencapai sorga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar